MAKALAH
ANATAOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF
ASUHANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
( PJB )
disusun oleh :
rini wahyu ningsih
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
a.
Anatomi
Jantung
Daerah
dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagian
besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantong
fibrosa tipis yang disebut perikardium. Perikardium melindungi permukaan
jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Ruangan antara permukaan jantung dan
lapisan dalam perikardium berisi sejumlah kecil cairan, yang melumasi permukaan
dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot jantung.
Kamar
jantung. Sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua
kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan
dan kamar kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah
ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena
dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Katup
jantung. katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah dalam
jantung. katup, yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan tekanan darahdan
aliran darah. Ada dua jenis katup : Atrioventrikularis dan semilunaris.
Katup
Atrioventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel
disebut sebagai katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis, dinamakan
demikian karena tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan
dan ventrikel kanan. Katup mitral atau bikuspidalis ( dua kuspis
) terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.
Katup
semilunaris. Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri
yang bersangkutan. Katup anatara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup
pulmonalis; katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aorta. Katup
semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik
tanpa otot papilaris dan korda tendinea.
Arteri
Koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung.,
yang mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap okesigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui; arteri
koronaria; sebagai organ perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat
hulunya di ventrikel kiri. Dinding disisi kiri jantung disuplai dengan bagian
yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang
besar ke bawah (arteri desendens anterior sinistra )dan melintang ( arteri
sirkumfleksa ) sisi kiri jantung.
Otot
Jantung. jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot
jantung. secara mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik ( skelet ),
yang berada dibawah kontrol kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung
menyerupai otot polos karena sifatnya folunter.
b.
Fisiologi
Jantung
Jantung
adalah organ berongga dan berotot yang terletak ditengah thoraks, dan ia
menepati rongga ditengah paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g ( 10,6 oz
), meskipun berat dan ukuran dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan,
beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung.
Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai O2 dan zat
nutrisi lain sambil mengangkut CO2 dan sampah hasil metabolisme.
Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri.
Kerja pompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmit dinding
otot. Selama kontraksi otot ( sistolik ), kamar jantung menjadi lebih kecil
karena darah disemburkan ke luar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik ) , kamar jantung akan
terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya.
Jantung
dewasa normal akan berdetak sekitar 60 – 80 kali/menit, menyemburkan
sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya
sekitar 5 L/menit.
A.
PENYAKIT
JANTUNG BAWAAN ( PJB )
Penyakit jantung bawaan ialah kelainan
”susunan” jantung, “mungkin” sudah terdapat sejak lahir. Perkataan
“susunan” berarti menyingkirkan aritmia jantung, sedangkan “mungkin” sudah
terdapat sejak lahir berarti tidak selalu dapat ditemukan selama beberapa
minggu/bulan setelah lahir.
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan
formasi dari jantung atau pembuluh besar dekat jantung. "congenital"
hanya berbicara tentang waktu tapi bukan penyebabnya. Itu artinya "lahir
dengan" atau "hadir pada kelahiran".
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah
kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut
terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu
memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru
ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
(Ngastiyah:1997).
1.
Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital
berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan
minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya
penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
F Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken
fox.
2. Ibu alkoholisme.
3.
Umur ibu lebih dari 60 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya
ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (
thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
6. Terpajan radiasi (sinar X).
7. Gizi ibu yang buruk.
8. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
F Faktor Genetik :
1.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
2. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
3.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.
Pembagian
dari PJB Berdasarkan Anatomi
Berdasarkan kelainan anatomis ,PJB
secara garis besar dibagi atas 3 kelompok,yaitu:
1.
Adanya
penyempitan stenosis atau bahkan pembutuan pada bagian tertentu jantung
a.
Stenosis ( penyempitan ) katup pulmonal : terjadi
pembebanan pada jantung kanan, yang pada akhirnya berakibat gagal jantung
kanan. Maka istilah ini bukanlah jantung gagal berdenyut, melainkan jantung tak
mampu memopakan darah sesuai kebutuhan tubuh dan sesuai jumlah darah yang
kembali ke jantung. Tanda gagal jantung kanan adalah pembengkakan kelopak mata,
tungkai, hati dan enimbunan cairan di rongga perut.
b.
Stenosis (
penyempitan katup aorta ) : terjadi pembebanan pada jantung kiri, yang pada
akhirnya berakibat kegagalan jantung kiri, yang ditandai oleh sesak, batuk
kadang-kadang berdahak berdarah.
c.
Atresia (
pembuntuankatup pulmonal ) : pada fase ini katup pulmonal sama sekali buntu,
sehingga tak ada aliran darah dari jantung ke paru.
d.
Coarcetatio
aorta : pad kasus ini area lingkungan pembuluh darah aorta mengalami
penyempitan.
2.
Adanya
lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung
a.
Atrial
septal efek ( ASD ) : lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah; Amplatzer
septal okluder ( ASO ) yakni memasang alat penymbat yang dimasukan melalui
pembuluh darah di lipatan paha.
b.
Ventrikuler
septal defek ( VSD ) : pada VSD tertentu dapat ditutp dengan tindakan non bedah
menggunakan penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar kasus memerlukan
pembedahan.
c.
Paten duktus
arteriosus ( PDA ) : PDA juga dapat ditutup dengan tindakan non bedah
menggunakan penyumbatan Amplatzer, namun bila PDA sangat besar tindakan bedah
masih merupakan pilihan utama.
3.
Pembuluh
darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar (pembuluh
darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah pulmonal atau paru
keluar dari bilik kiri )
Kelainan ini disebut transposisi arteri
besar. Akibatnya darah kotor yang kembali ke jantung dialirkan lagi ke seluruh
tubuh, sehingga terjadi sianosis / biru di bibir, mukosa mulut dan kuku.
3.
Tanda dan
Gejala PJB
Ø
Sesak napas
Ø
Sianosis
Ø
Nyeri dada
Ø
Syncope
Ø
Kurang gizi / kurang pertumbuhan
Penyebab :
1. Faktor
lingkungan. Contoh : bahan kimia, obat-abatan, dan infeksi.
2. Penyakit
tertentu ibu. Contohnya :
-Ibu yang terinfeksi
suatu virus Seperti virus Rubella.
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit
yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif
tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia
normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan
pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Dibawah ini
contoh virus Rubella.
-Ibu
menderita diabetes malitus.
-Ibu yang melahirkan
diatas 40 th.
3. Abnormalitas
kromosom (genetic)
4. Penyakit
turunan / genetic. Contohnya : ayah / ibu menderita penyakit jantung bawaan
5.
Idiopatik / faktor2 yg tidak diketahui.
4.
Jenis –
Jenis PJB
a.
PJB non sianotik dg vaskularisasi paru
bertambah, misalnya: VDS, ASD dan PAD.
b.
PJB non sianotik dg vaskularisasi paru
normal.
c.
Termasuk golongan Stenosis Aorta (SA),
Stenosis Pulmonal (SP) dan Koartasio Aorta.
d.
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
e.
PJB sianotik dengan vaskularisasi
bertambah, misalnya: Transposisi Arteri Besar (TAB)
Penyakit
Jantung Bawaan Non-Sianotik
F Defek Septum Atrium ( DSA )
ASD
merupakan keadaan defek pada bagian septum antar atrium sehingga ada komunikasi
langsung antara atrium kiri dan kanan, menurut lokasi :
a)
ASD sekundum, defeknya pada fosa
ovalis, meskipun sesungguhnya fosa ovalis merupakan septum primum
b)
ASD dengan defek sinuns. Defek terjadi
dekat muara vena kafa superior, sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena
pulmonalis dari paru kanan juga mengalami anomaly, dimana vena tersebut
bermuara ke vena kava superior dekat muaranya di atrium. Dapat juga gterjdi
defek sinus venosus type kafa inferior.
c)
ASD primum, merupakan dari defek
septum atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis
sedangkan bagian bawah katup atrioventrikular
Akibat ditimbulkan karena ASD tergantung besar dan lama pirau
serta resistensi vascular paru.ukuran defek tidak banyak berperan dalam besaran
arah dan pirau. Ventrikel kanan lebih tipis dan akomodatif. Arah aliran dari
atrium kiri dan atrium kanan akan menuju ventrikel kanan. Sementara volime
atrium dan ventrikel kiri jadi tetap atau menurun. Terjadi perubahan
konfigurasi diastole di ventrikel kiri karena septum ventrikel mencembung ke
kiri.
Gambar : ASD
F Defek Septum Ventrikular ( DSV )
Merupakan
kelainan jantung dimana terjadi defek sekat antar ventrikel pada berbagai
lokasi. Merupakan kelainan congenital tersering sesudah kelainan aorta
bikuspidalis. Masalah ini merupakan
suatu keadaan adanya hubungan lubang abnormal pada sekat yang memisahkan
vertikal kanan dan vertikel kiri
1)
VSD kecil
VSD kecil tanpa
aliran darah pintas dan gangguan hemodinamika yang berarti tekanan arteri
pulmonal pada VSD kecil normal, memperlihatkan aliran pulmonal dengan aliran
sistemis < 1,5 : 1. Seabagian besar jenis
VSD akan menutup secara alamiah pada umur 3 tahun, sisanya tetapterbuka dan mudah di diagnosis.Hal ini
menimbulkan adanya trhill dan bisiing pansistolik yang keras dan besar di garis
ternal bagian bawah. Foto rotgen torak
dan EKG tetap normal pada VSD muskular, bising ini berakhir pada saat mid-diastolik karena penutupan VSD pada saat
diatolik.
2)
VSD sedang
VSD sedang dengan
kelianan vaskuler paru obstuktif dan sianosis.Pada VSD sedang tekanan arteri
pulmonal > 112 tekanan sistemis dan aliran sirkulasi paru dibandingkan
sirkulasi sistemis antara 1,5 : 1 dan 2 : 1.Jenis ini tidak sering ditemukan
pada orang dewasa karena sering menutup atau menjadi VSD kecil pada umur muda.
Aliran darah
pintas pada VSD sedang,cukup besar,sehingga bising pensisitolik pada garis
ternal kiri bawah sering disertai bising mid-diatolik didaerah katup mitral dan
gallop protodiastolik didaerah apeks. Foto rotgen torak menunujukkan kardiomegali dan vaskularisasi yangb
bertambah, sedangkan EKG
menunujukkan hepertropi ventrikel kiri.
3)
VSD besar
VSD besar yang
disertai stonosis pulmonal sulit dibedakan dengan tetralogi fallot. Tekanan didaerah jantung identik dengan tekanan dijantung
kiri. Aliran sirkulasi sistemis
2 : 1 aliran pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung
pada 2-3 bulan.
Beberapa klien
dapat hidup sampai dewasa muda atau dewasa tetapi mengalami vaskuler paru
obstruktif berat,pulmona infudibular. Aliran menjadai sangat minimal atau yang kadang-kadang ditemukan juga
memberikan gam
baran sindrom
Eisenmenger.
F Duktus Arteriousus Paten ( DAP )
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus
aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15
jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2
– 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ;
227).
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita
Yuliani, 2001; 235).
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung
dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih
rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375). Merupakan suatu kelainan dimana
vascular yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta pada fase fetal, tetap
paten sampai lahir.
Lokasi muara duktus terletak lebih ke
kiri percabangan arteri-pulmonalis, sedangkan ujung aorta duktus terletak pada
bagian bawah aorta setinggi arteri subklavia kiri. Bentuk duktus mengecil pada
lokasi arteri pulmonal, sehingga berbentuk kerucut karena penutupan dilmulai
dari daerah pulmonal. Pada fetus, diameternya 10mm, lapisan intinya lebih tebal
dan dilapisi banyak substansi mukosa.
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah
fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left
pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri
subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir.
Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan
prematuritas.
(Gambar : Duktus Arteriosus Persisten/ PDA)
(Gambar : Duktus Arteriosus Persisten/ PDA)
Hemodinamik
(akibat fisiologis) tergantung beberapa factor :
1)
Ukuran dari komunikasi tersebut.
2)
Resistensi pembuluh darah paru.
3)
Derajat prematuritas.
4)
Kemampuan fungsional ventrikel kiri
yang mengalami beban volume.
Duktus
kecil. Resistensi vascular normal, ada gradient tekanan antara aorta dan arteri
pulmonalis sepanjang siklus kardiak, bertanggung jawab terhadap aliran darah
aorta pulmonal. Aliran tidak besar dan gangguan hemodinamik tidak signifikan.
Duktus
besar tapi striktif. Aliran pulmonal meningkat, sehingga ada beban volume di
ventrikel kiri, tapi resistensi pulmonal tetap normal. Atrium kiri dan
ventrikel kiri akan membesar, tapi tanda disertai hypertrofi kanan.
Duktus
tidak restriktif. Tekanan aorta akakn diteruskan langsung ke trunkus pulmonal,
sehingga terjadi hypertensi pulmonal dengan konsekuensi beban tekanan pada
venrtikel kanan.
Gradasi
PDA
1)
Silent
Berupa PDA kecil yang biasanya
ditemukan secara kebetulan pada saat ekokardiografi, tidak terdengar
bising.
2)
Kecil
Terdengar bising berupa ejeksi
panjang, atau kontinu tidak ditemui perubahan hemodinamik, pulsasi perifer
normal, tanpa perubahan ukuran atrium dari ventrikel kiri dan hypertensi
pulmonal.
3)
Moderat
Tekanan nadi besar seperti pada
regurgitasi aorta, bising, bising kontinu, ditemukan pembesaran atrium dan
ventrikel kiri, dan hypertensi pulmonal yang biasanya refersible.
4)
Besar
Biasanya pada dewasa disertai eisenmenger,
bising kontinu tidak dietmukan. Akan terjadi sionasis setempat akibat saturasi
oksigen di bagian bawah tubuh lebih rendah disbanding lengan kanan dan kaki
dapat terjadi jari tubuh.
Dinamika
sirkulasi pada PDA
Pada bulan-bulan tidak menimbulkan kelainan fungsi yang berat.
Makin bertambah usia perbedaan tekanan di aorta dengan pulmonal meningkat
progresif. Jadinya meningkat jumlah darah yang mengalir balik dari aorta ke
arteri pulmonal.
Resirkulasi
melalui paru-patu
Pada anak-anak pada PDA, 2/3 aliran darah aorta kembalki melalui
duktus masuk ke dalam arteri pulmonal, lalu melalui paru-paru, kemudian kembali
ke dalam ventrikel kiri. Kemudian berjalan melalui paru-paru dan jantung kiri
sebanyak 2kali atau lebih untuk setiap kali darah melalui sirkulasi sistemik.
Tidak terlihat sianosis.
Efek PDA. Cadangan jantung dan respiratorik jadi rendah. Ventrikel
kiri memompa 2 kali atau lebih curah jantung normal, kemampuan maksimum yang
bisa di pompa bahkan saat hypertrofi sekitar 4-7 kali normal. Jadinya, selama
berkuat, jumlah netto aliran darah ke bagian tubuh lain (sisanya) tidak bisa
meningkat sampai ke julmah yang dibutuhkan, jadi lemah, lalu pingsan.
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
a.
Tetralogi
Fallot
Tetralagi fallot merupakan penyebab paling sering dari ‘bayi biru’
dimana sebahagian besar darah gagal mengalir melalui paru-paru dank daerah itu,
darah terutama masih darah vena yang tidak teroksigenasi. Terjadi malformasi
yang terdiri dari stenosis katup pulmonal (umumnya stenosissubfundibular),
defek septum ventrikel, deviasi katup aorta ke kanan sehingga kedua ventrikel
bermuara ke aorta (overriding aorta), dan hipertrofi ventrikel kanan.
Gangguan ini merupakan kumpulan 4 defek yang terdiri atas sektum
ventricular, dstenosis pulmonal, overriding aorta, dan hypertrofi ventrikel
kanan. Pada bayi kondisi membiru (spell) terjadi bila kebutuhan oksigen otak
melebihi suplaynya. Episode ini biasanya terjadi apabila bayi menangis lama,
setelah makan dan mengejan. Bayi-bayi ini leboih menyukai posisi knee chest
dari pada posisi tegak. Anak-anak tampak sianotis pada bibir dan kuku,
keterlambatan tumbuh kembang, bentuk jari gada (clubbing finger), tubuh sering
dalam posisi jongkok untuk mengurangi hypoksia.
Pingsan atau keterbelakangan mental bisa terjadi akibat hypoksia
kronis pada otak. Kejang dapat terjadi setelah melakukan aktifitas. EKG
memperlihatkan hypertrofi ventrikel kanan.
Transposisi pembuluh darah besar
(trasportasition of the grent arteries –
TGA)
Defek
septum ventrikel paling sering menyertai TGA, disusul obstruksi muara aorta dan
koartasio aorta.
Tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam
jiwa penderit
(Gambar 2.7 Transpotition Great Artery/ TGA)
(Gambar 2.7 Transpotition Great Artery/ TGA)
Dikenal
ada dua macam TGA :
1.
TGA lengkap.
Merupakan kondisi anatomi dimana aorta
keluar dari ventrikel kanan, dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel kiri.
Hubungan ini disebut ventrikulo-arterial discordance. Sementara hubungan antara
atrium dan ventrikel normal yang kita kenal sebagai atrioventricular
concordance. Oleh karena itu transposisi ini dikenal sebagai transposisi
lengkap dan secara fisiologistak.
2.
TGA teroreksi.
Disini terjadi atrio-ventricular dan
vemntrikularaorterial discordance. Posisi ventrikel terbalik, ventrikel yang
secara morfologis ventrikel kanan berada di kiri , sebalikanya ventrikel kiri
berada di kanan.
b.
Coarktasio
Aorta ( CA )
Merupakan
suatu defek penyempitan katup aorta setempat. Bisa preduktal, juksta-duktus,
atau pos-duktus.
Gambaran klinis
Hypertensi
bagian atas tubuh, akan mengakibatkan system kolateral bertambah. Arteri
aksilaris kanan melalui arteri mamaria interna, scapular, dan interkostal.
Anomaly yang sering ditemukan ialah aorta bikuspidalis dengan segala akibatnya.
Pada bayi, tanda yang tampak adalah gejala gagal jantung kanan
atau kiri karena ventikel kanan berfungsi sebagai ventrikel sistemis yang
memompa darah ke aorta distal melalui PDA. Bising sistolik mungkin ada atau
mungkin tidak. EKG pada bayi mungkin menunjukkan RVH, mungkin terjadi
bifentrikular hypertrofi.
Kram
otot bisa terjadi akibat penikatan aktifitas dari jaringan yang tidak
teroksigenasi. Anak mengalami pening, sakit kepala, pingsan dan mimisan akibat
hypertensi. Pada usia dewasa gelombang T terbalik pada prekardial kiri atau
LAD. Biasanya muncul sebagai hypertensi mulai usia muda, tanpa gagal jantung.
Diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan nadi vemoral yang
lemah dan kecil. Tekanan darah sistolik di daerah femoral lebih lemah dari pada
tekann darah di lengan. Foto rontgen toraks biasanya normal, tetapi dapat
dtemukan iregularitas dan notching pada batas inferior atau iga belakang. EKG
menunjukkan hypertrofi ventrikel kiri. Hasil pemeriksaan kateterisasi dan
angiografi dapat meyakinkan adanya penyempitan pembuluh aorta.
CA
adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat
percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus
arteriousus battoli.
Koartasio,
kompliksi yang berbahaya adalah :
v
Perdarahan
otak
v
Ruptur
aorta0
v
Endokarditis
5.
Epidimiologi
PJB
Insidens penyakit jantung bawaan (PJB)
berkisar antara 6 sampai 10 per 1.000 kelahiran hidup (rata-rata 8 per 1.000
kelahiran hidup). PJB diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu PJB
non-sianotik dan sianotik. Jumlah pasien PJB non-sianotik berkisar 3-4 kali PJB
sianotik. Dari yang non-sianotik, kelainan defek septum ventrikel (ventricular septal defect, VSD) merupakan kelainan
terbanyak, yaitu antara seperempat sampai sepertiga dari seluruh angka kejadian
PJB. Sedangkan PJB sianotik yang terbanyak adalah tetralogi
Fallot. Perbandingan antara penyakit jantung bawaan non-sianotik dan
sianotik adalah 4:1. Walaupun lebih sedikit, PJB sianotik menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non-sianotik.
Demam reumatik merupakan penyebab
penyakit jantung didapat yang terpenting. Meskipun di negara maju insidens
penyakit ini telah menurun tajam selama 6 dekade terakhir, dalam 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan kasus yang mencolok di beberapa negara bagian.
Angka kejadian endokarditis
infektif
sangat sulit ditentukan. Sastroasmoro dkk. (1989) melaporkan angka yang cukup
tinggi yaitu 1 dari 740 pasien yang dirawat inap di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Jakarta.
6.
Tipe –
tipe PJB
1.
Detour
defek di dalam jantung
kerusakan yg menyebab darah mengalir di jalur yang tidak normal
langsung melalui sisi kiri dan kanan jantung. Terbagi 2 macam yaitu:
·
Atrial septal defect (ASD). ASD
(atrium septal defect) : atruim kanan kiri lubang yang terdapat antara atrium
kanan dan kiri sering terjadi pada bayi perempuan.
·
Ventricular septal defekt
2.
Detour defek di luar jantung, rute
darah yang berlokasi di luar jantung.Terbagi 3 macam yaitu:
·
Obstruktif defect
·
Cyanotic defect (blue babies)
· Hypoplastis heart defect
7.
Faktor
Risiko PJB
F
VSD kecil, terbagi
4 yaitu:
a.
Defect kecil 1-5 mm
b.
Tidak ada gangguan tunggal
c.
Bising jantung normal
d.
Menutup secara spontan
F VSD sedang, terbagi 5 yaitu :
a.
Sering terjadi septum pada bayi
b.
Sesak napas pada waktu aktivitas
c.
Defect 5 -10 mm
d.
BB sukar naik
e.
Bentuk dada normal
F VSD besar, terbagi 4 yaitu:
a.
Sering timbul pada neonatus. Neonatus
=> masa kehidupan setelah lahir sampai usia 28 hari (1 bulan).
b.
Dyspnea meningkat. Dyspnea =>
gangguan pada pernapasan seperti : sesak napas / kesulitan bernapas.
c.
Pada minggu ke-2 dan ke -3 terjadi
gagal jantung
d.
Minggu ke-6 terjadi infeksi saluran
nafas.
8.
Patofisiologi
PJB
Ukuran defek
secara anatomis menjadi penentu utama besarnya pirau kiri-ke-kanan(right-to-left shunt ). Pirau ini juga ditentukan oleh perbandingan
derajat resistensi vaskular dansistemik. Ketika defek kecil terjadi (<0.5
cm2), defek tersebut dikatakan restriktif. Pada defek nonrestriktif
(>1.0 cm2), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Pada defek jenis
ini, arahpirau dan besarnya ditentukan oleh rasio resistensi pulmonal dan
sistemik.Setelah kelahiran (dengan VSD), resistensi pulmonal tetap lebih tinggi
melebihi normal danukuran pirau kiri-ke-kanan terbatas. Setelah resistensi
pulmonal turun pada minggu-minggupertama kelahiran, maka terjadi peningkatan
pirau kiri-ke-kanan. Ketika terjadi pirau yang besarmaka gejala dapat terlihat
dengan jelas. Pada kebanyakan kasus , resistensi pulmonal sedikitmeningkat dan
penyebab utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal yang besar.Pada
sebagian pasien dengan VSD besar, arteriol pulmonal menebal. Hal ini dapat
menyebabkanpenyakit vaskular paru obstuktif. Ketika rasio resistensi pulmonal
dan sistemik adalah 1:1, makapirau menjadi bidireksional (dua arah),
tanda-tanda gagal jantung menghilang dan pasienmenjadi sianotik. Namun hal ini
sudah jarang terlihat karena adanya perkembangan intervensisecara
bedah.Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan oleh berdasarkan rasio aliran
darah pulmonaldan sistemik. Jika pirau kiri-ke-kanan relatif kecil (rasio
aliran darah pulmonal dan sistemik adalah 1.75:1), maka ruang-ruang
jantung tidak membesar dan aliran darah paru normal. Namun jika pirau
besar (rasio 2.5:1) maka terjadi overload
volume atrium dan
ventrikel kiri,peningkatan EDV dan peningkatan tekanan vena pulmonal akibat
aliran darah dari kiri masuk kekanan dan ke paru dan kembali lagi ke kiri
(membentuk suatu aliran siklus). Peningkatan tekanandi bagian kanan (normal
ventrikel kanan 20 mmHg, ventrikel kiri 120mmHg) juga menyebabkanhipertrofi
ventrikel kanan, peningkatan aliran pulmonal dan hipertensi arteri pulmonal.
Trunkuspulmonalis,
atrium kiri dan ventrikel kiri membesar karena aliran pulmonal yang juga
besar.Selain itu, karena darah yang keluar dari ventrikel kiri harus terbagi ke
ventrikel kanan, maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun berkurang
(akan mengativasi sistem Renin-Angiotensin dan retensi garam.
9.
Komplikasi
PJB
·
ENDOKARDITIS
=> jangkitan pd lapisan dalam jantung
=> infeksi mikroba pada permukaan endotel jantung.
·
OBSTRUKSI PEMBULUH DARAH PULMONAL = gangguan
pada pembuluh darah pulmonal
·
CHR (GAGAL JANTUNG KONGESTIF) = gagal
jantung bawaan
·
HEPATOMEGALI = Pembesaran hati
·
ENTEROHOLITIS NEKROSIS
Enteroholitis=> penebalan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat
plak. Nekrosis adalah kematian pada sel
10.
Pemeriksaan
Penunjang PJB
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks, disini akan kelihatan atrium dan ventrikel kiri
akan membesar / terjadi pembesaran pada jantung.
2. Pemeriksaan dengan doppler berwarna, untuk mengevaluasi aliran
darah berwarna.
3. Kateterisasi jantung, untuk meyakinkan dari pemeriksaan doppler.
Seperti kamera/video kecil untuk melihat bagaimana kondisi pembuluh darah dari
jantung.
4. Elektrokardiografi ( EKG ), hasilnya berupa gelombang yang
menyatakan penyakit tersebut.
KOMPLIKASI
1. Sindrom eisenmenger, terjadi pada PJB non-sianotik yang
menyebabkan aliran darah ke paru meningkat. Akibatnya pembuluh kapiler akan
meningkat dan terjadi resistensi sehingga peningkatan pada arteri pulmonal.
2. Serangan sianotik, terajadi pada PJB sianotik. Menjadi lebih
kebiruan pada membran mukosa dari sebelumnya dan sesak nafas.
3. Abses otak, terjadi pada anak berusia diatas dua tahun,
diakibatkan oleh hidroksia dan terjadi pada PJB sianotik.
11.
Manifestasi Klinis PJB
Manifestasi klinis pada bayi premature
sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan premature
(misalnya syndrome gawat nafas).Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlehat selama 4-6 jam sesudah lahir.Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal
jantung kongestif ( CHF )
·
Kadang-kadang
terdapat tanda-tanda gagal jantung
·
Machinery
mur-mur persisten (sistolik,emudian menetap,paling nyata terdengar di tepi
sternum kiri atas)
·
Tekanan nadi
besar ( water hammer pulses ) / nadi menonjol dan meloncat-loncat,tekanan nadi
yang lebar(lebih dari 25 mmhg)
·
Takhikardia
( denyut apeks lebih dari 170 ),ujung jari hiperemi
·
Resiko endokarditis
dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
·
Infeksi
saluran nafas berulang,mudah lelah
·
Apnea
·
Tachypnea
·
Nasal
flaring
·
Retraksi
dada
·
Hipoksemia
·
Peningkatan
kebutuhan ventilator(sehubungan dngan masalah paru)
12.
Penatalaksanaan
PJB
1.
Istirahat, dimana kerja
jantung tidak normal harus dikurangi beberapa kegiatan anak seperti bedres
total, dengan istirahat anak dapat mengurangi gejala PJ pada anak.
2.
Digitalisasi, dengan
memperlambat, memperkuat kontraksi otot dan menignggiknan curah jantung.
3.
Diuretikum, untuk bekerja
pada bagian korteks serebri
4.
Diet , diberikan pada anak
makanan yang lunak dan rendah garam sesuai kebutuhan anak.
5.
Pengobatan penunjang
a.
Oksigen, diberikan 40-50%
dan suhunya 37 C0 dan aliran nya 4-5 l/menit.
b.
Penenang, seperti atonorfin
dan dianjurkan untuk anak yang gelisah.
c.
Posisi, bayi ditidurkan
dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan dengan posisi 20 C0.
d.
Korensi gangguan asam basa
dan elektrolit,
e.
Antibiotika,
f.
Rotating forniquit
g.
Seksi vena, vena yang
dicari dikaki untuk pemberian cairan karena vena-vena yang lain sudah tidak
mungkin lagi dilakukan pemberian cairan.
B.
PERBEDAAN
SIRKULASI JANTUNG FETUS DENGAN SIRKULASI JANTUNG PADA BAYI ”BARU LAHIR”.
Sirkulasi Fetus:
Tiga fitur utama dari sirkulasi fetus adalah :
1.
Sirkulasi
maternal (ibu) melalui plasenta membawa oksigen dan nutrisi ke fetus dan
mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi fetus.
2.
Foramen
ovale adalah sebuah lubang yang terletak di septum (dinding) antara kedua
ruangan atas jantung (atrium kanan dan kiri). Foramen mengizinkan darah
mengalir melalui jalur samping (shunt) dari atrium kanan ke atrium kiri.
3.
Jalur
samping yang lain, duktus arteriosus, mengizinkan darah yang miskin oksigen
mengalir dari arteri pulmonary ke dalam aorta dan melalui itu ke tubuh.
Sirkulasi sesudah kelahiran: Plasenta sudah dikeluarkan dan paru-paru
harus mengambil alih fungsi oksigenisasi darah. Perubahan-perubahan utama
sirkulasi terjadi setelah kelahiran.
Perubahan-perubahan ini termasuk :
·
Sirkulasi
maternal tidak dapat lagi membawa oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari
sirkulasi bayi.
·
Foramen
ovale menutup dan tidak bertindak lagi sebagai jalur samping antara kedua atria
jantung.
·
Duktus
arteriosus menutup dan tidak lagi menyediakan komunikasi antara arteri
pulmonary dan aorta
Sekali ini terjadi, maka sirkulasi
fetus menjadi suatu barang dari masa lalu dan seluruh pengaruh dari berbagai
kerusakan jantung genital dirasakan. Kerusakan-kerusakan ini menjadi nyata,
menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala yang dapat didiagnosis.
Perubahan-perubahan lebih jauh terjadi di sistim kardiovaskular selama waktu
bayi dan waktu anak-anak dan juga di hubungan tekanan antara ventricle kanan
dan ventricle kiri. Perubahan-perubahan ini membawa lebih banyak kasus-kasus
PJB ke permukaan.
C.
ASPEK
LEGAL PERAWAT
1.
Accountability
Perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan. Pada semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari
proses pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga
segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum,
saatdan pasca intervensi yaitu evaluasi. Seorang perawat yang bertanggung jawab
akan tetap kompeten dalam pengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan
keinginan untuk bertindak menurut panduan etik profesi.
Tanggung
gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.seorang perawat
bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan
masyarakat.jika dosis medikasi salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada
klien yang menerima medikasi tersebut.
Tanggung gugat professional memiliki tujuan
sebagai berikut:
·
Untuk
mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
·
Untuk
mempertahankan standar perawatan kesehatan
·
Untuk
memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak
professional perawatan kesehatan
·
Untuk
memberikan dasar pengambilan keputusan etis
2.
Confidentiality
Prinsip
etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat menghindari pembicaraan
mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat
dalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang berkaitan
dengan kesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb.
3.
Respect for autonomi( penentuan pilihan)
Perawat
yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan
induvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih
rencana mereka sendiri.
4.
Beneficience( do good)
Beneficence
berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan
baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara melindungi hak-hak klien.
5.
Non-malefisience( do no harm/tidak
membahayakan klien)
Non
Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi
kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik
keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja. Kewajiban bagi perawat untuk
tidak menimbulkan injury pada klien.
6.
Justice ( perlakuan adil)
Prinsip
keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan apa
yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam
perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil umtuk
setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa yang
mereka butuhkan untuk bertahan hidup.
7.
Fidelity (Setia)
Prinsip
kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang di buatnya kepada
klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa
percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili
oleh seseorang perawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di
bicarakan sebelumnya kepada klien.
8.
Veracity (Kebenaran)
Veracity
mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yang sebenarnya
mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau
menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.
D.
KELAINAN
PADA HEMODINAMIK PADA SYSTEM KARDIOVASKULER.
F Trombosis
Trombosis adalah peristiwa aktivasi pembuluh dara yang tidak tepat dalam pembuluh darah yang tidak mengalami jejas atau merupakan oklusi trombotik pembuluh darah setelah terjadi jejas yang rlatif ringan. Trombosis adalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem kardiovaskuler yang tak terkendali. Ada 3 faktor primer yang mempengaruhi pembentukan trombus, yang disebut dengan trias Virchow:
Trombosis adalah peristiwa aktivasi pembuluh dara yang tidak tepat dalam pembuluh darah yang tidak mengalami jejas atau merupakan oklusi trombotik pembuluh darah setelah terjadi jejas yang rlatif ringan. Trombosis adalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem kardiovaskuler yang tak terkendali. Ada 3 faktor primer yang mempengaruhi pembentukan trombus, yang disebut dengan trias Virchow:
1.
Jejas endotel bersifat dominan dan jejas ini dapat
menyebabkan trombosis (misalnya endokarditis atau plak aterosklerosis yang
mangalami ulserasi). Jejas juga dapat terjadi karena stress hemodinamik,
misalnya hipertensiatau aliran turbulen pada katup jantung dengan sikatriks.
2.
Perubahan dalam aliran darah yang normal dalam
menyebabkan trombosis.
3.
Hiperkoagulabilitas didefinisikan sebagai perubahan
pada lintasan koagulasi yang merupakn predisposisi trombosis.
Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya). Darah
dimaksudkan untuk mengalir; jika ia menjadi terhambat, ada penyebab yang
membuat darah menjadi membeku/menggumpal.
Berikut adalah keadaan yang dapat menyebabkan
terbentuknya trombus :
Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak).
Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak).
§ Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-penerbangan
pesawat yang panjang ("economy class syndrome"), mobil, atau
perjalanan kereta api
§ Opname rumah sakit
§ Operasi
§ Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips
§ Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
§ Kegemukan
Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
§ Obat-obat (contohnya, pil-pil
pengontrol kelahiran, estrogen)
§ Merokok
§ Kecenderungan genetik
§ Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)
§ Kanker
§ Trauma pada vena
§ Patah tulang kaki
§ Kaki yang memar
§ Komplikasi dari prosedur yang invasif dari vena
Thrombosis dapat terjadi pada arteri, disebut sebagai
thrombosis arteri (arterial thrombosis), dapat juga terjadi pada vena disebut
sebagai thrombosis vena (venous thrombsis). Thrombus arteri berbeda sifatnya
dengan thrombus vena. Komponen thrombus arteri sebagian besar terdiri dari
platelet (thrombosit) diselingi oleh anyaman fibrin, komponen eritrositnya
sangat rendah sehingga thrombus berwarna putih disebut sebagai hhite trombus.
Sedangkan thrombus vena sebagian besar terdiri dari sel darah merah disela-
sela anyaman fibrin, komponen thrombosit sangat sedikit, thrombus berwarna
merah disebut sebagai red trombus. Trombus dapat terbentuk dimana saja di dalam
sistem kardiovaskular
a.
Trombosis vena dalam.
Trombosis Vena Dalam
(Deep Vein Thrombosis (DVT)) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
ditemukannya bekuan darah di dalam vena dalam. Bekuan yang terbentuk di dalam
suatu pembuluh darah disebut trombus. Trombus bisa terjadi baik di vena
superfisial (vena permukaan) maupun di vena dalam, tetapi yang berbahaya adalah
yang terbentuk di vena dalam. Trombosis vena dalam sangat berbahaya karena
seluruh atau sebagian dari trombus bisa pecah, mengikuti aliran darah dan
tersangkut di dalam arteri yang sempit di paru-paru sehingga menyumbat aliran
darah. Trombus yang berpindah-pindah disebut emboli.
Penyebab
Ditemukan 3 faktor yang berperan dalam terjadinya trombosis vena dalam:
• Cedera pada lapisan vena
• Meningkatnya kecenderungan pembekuan darah : terjadi pada beberapa kanker dan pemakaian pil KB (lebih jarang).
Cedera atau pembedahan mayor juga bisa meningkatkan kecenderungan terbentuknya bekuan darah.
• Melambatnya aliran darah di dalam vena : terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring dalam waktu yang lama karena otot betis tidak berkontraksi dan memompa darah menuju jantung.
Misalnya trombosis vena dalam bisa terjadi pada penderita serangan jantung yang berbaring selama beberapa hari dimana tungkai sangat sedikit digerakkan; atau pada penderita lumpuh yang duduk terus menerus dan ototnya tidak berfungsi.
b.
Trombosis
Aterial
Disamping konsekuensi
obstruksi yang ditimbulkan oleh trombus arterial, trombus mural kardiak dan
aorta dapat pula mengadakan embolisasi ke perifer, oetk, ginjal, dan lien merupakan
target primer. Infark miokardium dengan diskinesia dan kerusakan endokardium
dapat menyebabkan trombus mural. Penyakit katup reumatik stenosis dapat
menyebabkan katup mural yang diikuti oleh dilatasi atrium kiri dan pembentukan
trombus dalam atrium atau apendiks aurikular. Fibrilasi atrium yang terjadi
secara bersamaan akan menambahsatatis darah atrium. Ateroskelerosis merupakan
penyebab utama trombus arterial. Aliran vaskuler abnormal terkait dan
kehilangan integritas endotel.
F Embolisme
Embolisme merupakan oklusi / sumbatan beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui aliran darah.
Embolisme merupakan oklusi / sumbatan beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui aliran darah.
Emboli yang terjepit didalam pembuluh darah berukurn
terlalu kecil untuk bisa berjalan lebih lanjut sehingga terjadi okulasi
vaskuler persial atau total dan nekrosis iskemik pada jaringan disebelah distal
(infark), dapat mengakibatkan :
•
Obstruksi mekanis / regangan masif jantung
•
Gangguan nafas / paru
•
Infark paru, jantung, ginjal, dll
•
Kematian
Asal Emboli :
1. Trombus (> 95 %) = tromboemboli
2. Tetesan lemak (co: pada patah tulang panjang)
3. Gelembung udara / gas (penyakit Caison)
4. Debris aterosklerotik (kolesterol)
5. Pecahan tumor
6. Sum-sum tulang
7. Bahan lain (peluru dll)
8. Cairan amnion
Macam-macam Emboli
v Tromboemboli paru.
Emboli vena dapat menyangkut di pembuluh darah paru dan menyebabkan emboli
paru (pulmonary embolism/PE) dan menghalangi aliran darah.
v Tromboemboli sistemik.
Tromboemboli sistemik mengaccu pada emboli didalam sirkulasi
arterial.
v Emboli Lemak.
Emboli lemak terjadi karean pelepasan butir-butir
mikroskopis lemak sesdah raktur tulang panjang, atu kadang-kadang terjadi
sesudah luka baker atu trauma jaringan lunak.
v Emboli Udara.
Emboli udara mengacu pada gelambung-gelembung udara
dalam sirkulasi yang menyumbat aliran darah vaskulerdan menyebabkan iskemia.
Udara dapat masuk kedalam sirkulasi pada saat dilakukannya prosedur obsterik
atau setelah terjadinya trauma dinding dada. Contoh penyakit yang disebabkan
oleh emboli udara adalah penyakit dekompresi.
v Emboli Cairan Amnion.
Emboli cairan amnion merupakan komplikasi yang serius
pada persalinan dan periode pascapartum; komplikas akibat masuknya cairan
amnion ke dalam sirkulasi darah maternal.
F Infark
Infark adalah daerah nekrosis iskemik dalam jaringan atau organ akibat oklusi pasokan arteri atau aliran vena. Hampir semua infark terjadi karena peristiwa trombosis atau emboli. Penyebab lainnya meliputi vasospasme, kompresi ekstrinsik pembuluh darah ooleh tumor, edema tau penjepaitan pada akantong hernia dan pemuntiran pembuluh, setrta ruptur pembuluh. Infark dapat berupa infark merah (hemoragik), atau putih (pucat, anemik), atau dapat bersifat septik (infark septik) dan baln (infark biasa).
Infark adalah daerah nekrosis iskemik dalam jaringan atau organ akibat oklusi pasokan arteri atau aliran vena. Hampir semua infark terjadi karena peristiwa trombosis atau emboli. Penyebab lainnya meliputi vasospasme, kompresi ekstrinsik pembuluh darah ooleh tumor, edema tau penjepaitan pada akantong hernia dan pemuntiran pembuluh, setrta ruptur pembuluh. Infark dapat berupa infark merah (hemoragik), atau putih (pucat, anemik), atau dapat bersifat septik (infark septik) dan baln (infark biasa).
Penyebab :
1. Tromboemboli (99%)
2. Penggelembungan ateroma sekunder
3. Torsio / perputaran pembuluh darah
4. Penekanan pasokan darah (co: hernia)
5. Jeratan organ (co: perlekatan peritonium)
Akibat Klinis :
• Infark miokard = Penyakit Jantung Koroner ( PJK )
• Infark paru
• Infark otak (ensefalomalasia)
• Abses (bila ada infeksi bakteri
1. Tromboemboli (99%)
2. Penggelembungan ateroma sekunder
3. Torsio / perputaran pembuluh darah
4. Penekanan pasokan darah (co: hernia)
5. Jeratan organ (co: perlekatan peritonium)
Akibat Klinis :
• Infark miokard = Penyakit Jantung Koroner ( PJK )
• Infark paru
• Infark otak (ensefalomalasia)
• Abses (bila ada infeksi bakteri
E.
ASKEP
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
1.
PENGKAJIAN
F
Riwayat keperawatan : respon fisiologi
terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
F
Kaji adanya tanda-tanda gagal
jantung,napas cepat, sesak napas, retrasi, bunyi jantung tambahan (machinery
mur-mur),edera tungkai,hepatomegali.
F
Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing
finger
F
Kaji adanya hyperemia pada ujung jari
F
Kaji pola makan, pola pertambahan
berat badan
F
Pengkajian psikososial meliputi : usia
anak, tugas perkembangan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga, dan penyesuaian keluarga terhadap stress
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan malformasi jantung
b)
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kongersti pulmonal
c)
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen
ke sel.
d)
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
e)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatkan
kebutuhan kalori
f)
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
status kesehatan
g)
Perubahan peran orang tua berhubungan
dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penakit anak.
3.
INTERVENSI
a)
Mempertahankan curah jantung yang
adekuat
·
Observasi kualitas dan kekuatan denyut
jantung, nadi perifer, warna, dan kehangatan kulit.
·
Tegakkan derajat sianosis(sirkumonal,
membran mukosa,clubbing)
·
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,
takikardi, tachypnea,sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan
hematomegali)
·
Kolaborasi pemberian di goxin sesuai
order dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
·
Berikan pengobatan intuk penurunan
afterload
·
Berikan diuretic sesuai indikasi
b)
Mengurangi adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
o
Monitor kualitas dan irama pernafasan
o
Atur posisi anak dengan posisi fowler
o
Hindari anak dari orang yang
terinfeksi
o
Berikan istirahat yang cukup
o
Berikan nutrisi yang optimal
o
Berikan oksigen jika ada indikasi
c)
Mempertahankan tingkat aktivitas yang
adekuat
§
Ijinkan anak untuk sering istirahat
dan hindari gangguan pada saat tidur
§
Anjurkan untuk melakukan permainan dan
aktivitas ringan
§
Bantu anak untuk memilih aktivitas yang
sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak
§
Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu
panas atau terlalu dingin
§
Hindarkan ha;-hal yang menyebabkan
ketakutan / kecemasan pada anak
d)
Memberikan support untuk tumbuh
kembang
§
Kaji tingkat tumbuh kembang anak
§
Berikan stimulasi tumbuh kembang,
kreativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, menggambar dan lain-lain sesuai
kondisi dan usia anak
§
Libatkan keluarga agar tetap
memberikan stimulasi selama dirawat.
e)
Mempertahankan pertumbuhan berat badan
dan tinggi badan yang sesuai
Monitor tinggi badan dan berat badan,
dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecendrungan pertumbuhan
anak
Timbang berat badan setiap haridengan timbangan yang sama dan
waktu yang sama
Catat intake dan output secara benar
Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
Anak-anak yang mendapatkan diuretic biasanya sangat haus ,oleh
karena itucairan tidak dibatasi
f)
Anak dengan tidak akan menunjukkan
tanda-tanda infeksi
Ø
Hindaari kontak dengan individu yamg
terinfeksi
Ø
Berikan istirahatyang adekuat
Ø
Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
g)
Memberikan support pada orang tua
ü
Ajarkan keluarga /orang tua
untukmengekpresikan perasaannya karena memilili anak dengan kelainanj
jantung,mendiskusikan rencana pengobatan,dan memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan
ü
Eksplorasi perasaaan orang tua
mengenai perasaan ketakutan,rasa bersalah,berduka,dan perasaan tidak mampu
ü
Mengurangi ketakutan dan kecemasan
orangtua dengan memeberikan informasi yang jelas
ü
Libatkan orang tua dalam perawatan
anak selama di rumah sakit
ü
Memberikan dorongan kepada keluarga
untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam perawatan anak
4.
IMPLEMENTASI
Ø
Control sesuai waktu yang ditentukan
Ø
Jelaskan kebutuhan aktivitas yang
dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
Ø
Mengajarkan keterampilan yang
diperlukan di rumah, yaitu;
F
Teknik pemberian obat
F
Teknik pemberian makanan
F
Tindakan untuk mengatasi jika terjadi
hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika
membutuhkan pertolongan.
5.
EVALUASI
Langkah-langkah untuk mengevaluasi
pelayanan keperawatan :
1) Menentukan garis besar masalah
kesehatan yang di hadapi ,
2) Menentukan bagaimana rumasan tujuan
perawatan yang akan dicapai,
3) Manantukan kriteria dan standar
untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil,
tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,
4) Menentukan metode atau tehnik
evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang diperlukan,
5) Membandingkan keadaan yang nyata
(sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi,
6) Identivikasi penyebab atau alasan
yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan,
7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila
tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistik,
mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang tidak
diatasi.
Macam-macam evaluasi yaitu :
1) Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini dilaksanakan dalam
kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh :
jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan perawat.
2) Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan
evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga diimensi yang
saling terkait yaitu :
a) Struktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga
manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam
upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:
ü Kualifikasi perawat
ü Minat atau dorongan
ü Waktu atau tenaga yang dipakai
ü Macam dan banyak peralatan yang dipakai
ü Dana yang tersedia
b) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya : mutu
penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
c) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada
bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat
diukur melalui 3 bidang :
1. Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi
melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan tanda klinik.
2. Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang,
keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan.
3. Pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan
petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan manfaat dari tindakan
keperawatan.
Bab III
Penutup
B.
Kesimpulan
F Jantung adalah organ berongga dan berotot yang terletak ditengah
thoraks, dan ia menepati rongga ditengah paru dan diafragma. Beratnya sekitar
300 g ( 10,6 oz ), meskipun berat dan ukuran dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit
jantung.
F Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan,
menyuplai O2 dan zat nutrisi lain sambil mengangkut CO2 dan
sampah hasil metabolisme. Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak
disebelah kanan dan kiri. Kerja pompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan
relaksasi ritmit dinding otot.
F Penyebab penyakit jantung congenital
berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan
minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya
penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
Sirkulasi Fetus:
Tiga fitur utama dari sirkulasi fetus adalah :
F Sirkulasi
maternal (ibu) melalui plasenta membawa oksigen dan nutrisi ke fetus dan
mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi fetus.
Foramen ovale adalah sebuah lubang
yang terletak di septum (dinding) antara kedua ruangan atas jantung (atrium
kanan dan kiri). Foramen mengizinkan darah mengalir melalui jalur samping
(shunt) dari atrium kanan ke atrium kiri.
Jalur samping yang lain, duktus
arteriosus, mengizinkan darah yang miskin oksigen mengalir dari arteri
pulmonary ke dalam aorta dan melalui itu ke tubuh.
F Sirkulasi sesudah
kelahiran: Plasenta sudah
dikeluarkan dan paru-paru harus mengambil alih fungsi oksigenisasi darah.
Perubahan-perubahan utama sirkulasi terjadi setelah kelahiran
A.
Saran
Dengan
begitu banyaknya ilmu yang kita peroleh dalam pembahasan blok 6 modul 1
skenario 1 ini semoga saja wawasan kita lebih mendalam dan dapat kita
aplikasikan kedalam kehidupan nyata.
DAFTAR
PUSTAKA
Ngastiyah. 1995. Pedoman Anak
Sakit . editor Setiawan S.Kp. Jakarta: EGC
Engram.B. 1994. Rencana Asuhan
KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp. Jakarta:
EGC
Sariadai, S.kp & Rita Yuliani,
S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama.
Jakarta
http://zakiyyahahsanti.blogspot.com/2010/03/kelainan-hemodinamika-trombosis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar